Pembelajaran Sosial Emosional-Mulai dari diri

Topik pertama Modul 2 ini adalah Pembelajaran Sosial Emosional: Mengapa Penting?

Sebelum memulai proses pembelajaran untuk topik yang pertama ini, saya diberitahu tujuan pembelajaran yang diharapkan. harapannya setelah mempelajari topik ini, saya mampu:

 1. Menunjukkan pemahaman tentang pentingnya keterampilan sosial-emosional terhadap pengembangan diri dan profesional seorang guru.

 2. Menunjukkan pemahaman tentang pentingnya pembelajaran sosial-emosional (PSE) dalam proses pembelajaran. 

3. Mendeskripsikan hubungan antara pembelajaran sosial emosional dengan penguatan karakter profil pelajar Pancasila 

Setelah melihat tujuan pembelajaran di atas, saya diminta memulai tahapan pertama dari alur Merdeka pembelajaran untuk topik 1 ini yaitu Mulai dari Diri. sebelum itu saya diminta untuk membaca dan memahami cerita dibawah ini


    SORONG, Indonesia – Awan kelabu berarak di langit. Refaldo, 13 tahun, duduk di luar rumah sambil memandang sekumpulan sapi menjelajah lahan di kejauhan. Sebelum pandemi COVID-19, hari-hari Refaldo diisi dengan bersekolah dan membantu orang tuanya menanam sayuran di ladang di belakang rumah mereka. 

Namun, sejak sekolah ditutup pada bulan Maret, interaksinya dengan teman dan guru jauh berkurang. Kini, ia mengerjakan berbagai tugas sekolah sendirian. Refaldo pun merasa kehilangan dukungan dari guru-gurunya. 

“Menurut saya, sekolah perlu segera dibuka kembali,” katanya. 

Refaldo tinggal di Sorong Bersama orang tua dan dua orang kakak. Di rumah, ia melakukan pembelajaran jarak jauh melalui grup WhatsApp yang dikelola guru dan melalui program siaran pendidikan di radio yang disajikan oleh UNICEF bekerja sama dengan mitra setempat. Dengan begitu banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan di rumah, Refaldo bersyukur ada pelajaran radio yang membantunya berkonsentrasi pada tugas sekolah. 

“Saya senang ada siaran radio,” ujar Refaldo. “Kalau tidak ada siaran, saya tidak akan bisa mengatur waktu belajar.” 

Refaldo juga merindukan teman-temannya dan kehilangan masa-masa mereka belajar bersama di ruang kelas. Akan tetapi, meskipun ingin kembali ke sekolah, Refaldo juga mengakui bahwa ia dan teman-temannya sering kali kesulitan menghadapi perundungan, yang menjadi penyebab dari banyak masalah yang mereka hadapi. 

Segalanya berawal ketika seorang murid dari kelas lain mendatangi teman Refaldo. Sang teman diminta menggunakan uang sakunya untuk membelikan murid itu makanan atau barang-barang lain. Teman Refaldo menolak dan hendak melawan. Refaldo pun terperangkap di tengah situasi ini, tak yakin bagaimana harus menyelesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan.

 “Dulu, saya ragu-ragu jika ada teman yang mendesak untuk menyalin pekerjaan rumah saya. Sekarang, saya langsung menolak dan bertanya mengapa mereka tidak mengerjakannya sendiri,” kata Refaldo. Meski awalnya ada teman-teman yang tersinggung, pada akhirnya mereka kembali bermain dengannya

Mari kita lakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini

 1. Apa pandangan Bapak/Ibu terkait dengan tulisan di atas? Setujukah dengan apa yang disampaikan artikel tersebut? jelaskan jawaban Anda. 

Saya setuju dengan artikel tersebut. Artikel ini menyoroti betapa pentingnya keterampilan sosial-emosional (PSE) dalam membantu siswa mengatasi tantangan seperti perundungan dan kesulitan belajar selama pandemi. Situasi Refaldo menunjukkan bagaimana keterampilan ini dapat membantu siswa menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih sehat dan produktif.

2. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan keterampilan sosial emosional? 

Keterampilan sosial-emosional adalah kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi diri sendiri, membangun hubungan yang sehat, serta membuat keputusan yang bertanggung jawab. Ini mencakup empati, keterampilan komunikasi, dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif.

3. Dapatkah Bapak/Ibu mengingat saat ketika Bapak/Ibu menghadapi situasi yang menantang (misalnya saat Bapak/Ibu menghadapi kemunduran atau kegagalan dalam hidup) bagaimana Bapak/Ibu bangkit dari situasi tersebut? Apa yang Bapak/Ibu pelajari dari pengalaman itu? 

Saya pernah menghadapi kegagalan dalam kuliah saya. melihat teman-teman sudah lulus sementara saya masih berkutat dengan skripsi yang tak berkesudahan. Awalnya merasa sangat kecewa, tetapi saya bangkit dengan mengevaluasi kesalahan, mencari umpan balik, dan menetapkan strategi baru. Pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya ketahanan, refleksi diri, dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan. yang akhirnya membuat saya memiliki prinsip "Saya akan menyelesaikan suatu hal yang telah saya  mulai"

4. Menurut Bapak/Ibu apakah hubungan kita dengan keluarga, rekan sejawat, peserta didik dan orangtuanya dipengaruhi oleh keterampilan sosial dan emosional? Jelaskan jawaban Bapak/Ibu.

Hubungan dengan keluarga, rekan sejawat, peserta didik, dan orangtua sangat dipengaruhi oleh keterampilan sosial-emosional. Keterampilan ini membantu kita berkomunikasi dengan lebih baik, memahami perspektif orang lain, dan menyelesaikan konflik secara efektif. Ini penting untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan mendukung.

Hubungan dengan keluarga, rekan sejawat, peserta didik, dan orang tua sangat dipengaruhi oleh keterampilan sosial-emosional. Keterampilan ini membantu kita berkomunikasi dengan lebih baik, memahami perspektif orang lain, dan menyelesaikan konflik secara efektif. Ini penting untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan mendukung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulai Dari Diri: TABEL 1.1 RUBRIK CHECKLIST PERENCANAAN PEMBELAJARAN UNDERSTANDING BY DESIGN (UbD)

Application Letter (Surat Lamaran Pekerjaan)

XII_Offering Services/Help