CGP_Pembelajaran sosial emosional_mulai dari diri

  1. Apa kejadiannya, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda memilih merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya?


Kejadian: Pada awal semester ini, saya mengalami situasi konflik di kelas antara lima orang siswa,  terbagi menjadi dua kubu kita singkat saja kubu A dan kubu B, yang berdebat sengit tentang topik tertentu selama belajar. Konflik ini mulai mengganggu proses belajar dan menciptakan ketegangan di dalam kelas.

Kapan: Kejadian ini berlangsung selama bulan pertama tahun ajaran baru, ketika siswa baru saja mulai beradaptasi dengan rutinitas dan dinamika kelas.

Di Mana: Peristiwa ini terjadi di ruang kelas saya, yang merupakan ruang belajar utama di sekolah.

Siapa yang Terlibat: kubu A (chris, rey, nazwa) kubu B (dipa dan deswita) adalah siswa yang terlibat dalam konflik. Saya, sebagai guru, juga terlibat dalam mencoba mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut. Teman-teman sekelas mereka menjadi saksi dari ketegangan yang terjadi.

Apa yang Membuat Saya Memilih Merefleksikan Peristiwa Tersebut: Saya memilih untuk merefleksikan peristiwa ini karena dampaknya yang signifikan terhadap dinamika kelas dan proses belajar. Konflik tersebut mempengaruhi suasana belajar, mengganggu fokus siswa lain, dan memunculkan tantangan dalam mengelola kelas. Selain itu, pengalaman ini memaksa saya untuk mengevaluasi keterampilan sosial dan emosional saya dalam menangani konflik.

Bagaimana Kejadiannya: Awalnya, saya mencoba mengatasi konflik dengan pendekatan umum, seperti meminta kedua siswa untuk berbicara secara bergantian dan mendengarkan pendapat satu sama lain. Namun, metode ini tampaknya tidak efektif. Saya kemudian memutuskan untuk mengikuti pelatihan manajemen konflik, yang membantu saya memahami teknik mediasi yang lebih baik. Saya mulai menerapkan strategi seperti dialog terbuka, penggunaan teknik pemecahan masalah secara kolaboratif, dan memberikan ruang untuk masing-masing siswa menyampaikan perasaan mereka secara jujur.

Setelah beberapa sesi mediasi dan bimbingan, kubu A dan kubu B mulai menunjukkan kemajuan dalam berkomunikasi lebih efektif dan lebih memahami sudut pandang satu sama lain. Konflik yang terjadi mengajarkan saya pentingnya keterampilan sosial dan emosional dalam menciptakan lingkungan belajar yang harmonis dan produktif.

Saya mulai menerapkan strategi seperti dialog terbuka, penggunaan teknik pemecahan masalah secara kolaboratif, dan memberikan ruang untuk masing-masing siswa menyampaikan perasaan mereka secara jujur.

 


  1. Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana  Anda dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis  tersebut?

Menghadapi Krisis (Coping):

Untuk menghadapi krisis konflik antara Kubu A dan Kubu B, saya mulai dengan melakukan pendekatan yang lebih sistematis. Saya mengambil beberapa langkah sebagai berikut:

  1. Mengevaluasi Situasi: Saya memulai dengan mengidentifikasi akar penyebab konflik dan bagaimana ketegangan ini mempengaruhi dinamika kelas secara keseluruhan. Saya juga berbicara secara individu dengan Kubu A dan Kubu B untuk memahami perspektif masing-masing.
  2. Menggunakan Teknik Mediasi: Saya menerapkan teknik mediasi yang dipelajari dari pelatihan, seperti mendorong dialog terbuka antara kedua siswa dan membantu mereka mengeksplorasi solusi bersama. Saya juga memperkenalkan aturan komunikasi yang lebih baik untuk diskusi kelompok.
  3. Menciptakan Ruang Aman: Saya menciptakan ruang yang aman di kelas untuk berbicara tentang perasaan dan pendapat tanpa takut dihakimi. Hal ini membantu mengurangi ketegangan dan mendorong keterbukaan.

Bangkit Kembali (Recovery):

Setelah mengimplementasikan langkah-langkah tersebut, saya memantau perkembangan dengan lebih teliti:

  1. Feedback dan Penyesuaian: Saya terus memberikan umpan balik kepada Kubu A dan Kubu B, serta menyesuaikan pendekatan saya jika diperlukan. Evaluasi berkala membantu saya untuk melihat apakah strategi yang diterapkan efektif.
  2. Dukungan Emosional: Saya memberikan dukungan emosional kepada kedua siswa dengan membangun kepercayaan dan memberikan dorongan positif untuk memperbaiki hubungan mereka. Saya juga berbicara dengan mereka tentang kemajuan yang telah mereka buat.
  3. Memantau Dampak di Kelas: Saya memperhatikan apakah situasi konflik telah mempengaruhi suasana belajar secara keseluruhan dan memastikan bahwa lingkungan kelas kembali kondusif untuk semua siswa.

Bertumbuh (Growth):

Pengalaman ini membawa beberapa pembelajaran dan pertumbuhan pribadi:

  1. Peningkatan Keterampilan Manajemen Konflik: Saya mengembangkan keterampilan manajemen konflik yang lebih baik dan lebih memahami pentingnya mediasi dalam menyelesaikan perselisihan.
  2. Keterampilan Sosial dan Emosional yang Ditingkatkan: Saya menjadi lebih peka terhadap kebutuhan emosional siswa dan lebih terampil dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung.
  3. Pengembangan Profesional: Pengalaman ini mendorong saya untuk terus mencari pelatihan dan sumber daya tambahan untuk meningkatkan kompetensi sosial dan emosional saya, serta mengimplementasikan strategi-strategi baru dalam pengelolaan kelas.

Secara keseluruhan, melalui proses coping, recovery, dan growth ini, saya merasa lebih siap dan lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan serupa di masa depan, serta lebih mampu mendukung perkembangan sosial dan emosional siswa dengan lebih efektif.


  1. Gambarkan diri Anda setelah melewati krisis tersebut.
    • Apa hal terpenting yang telah Anda pelajari dari krisis tersebut?
    • Bagaimana dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri Anda dalam menjalankan peran sebagai pendidik?

Gambaran Diri Setelah Melewati Krisis:

Setelah melewati krisis konflik di kelas, saya merasa lebih percaya diri dan terampil dalam menghadapi tantangan yang melibatkan dinamika sosial dan emosional siswa. Saya lebih memahami pentingnya keterampilan sosial dan emosional baik untuk diri saya sendiri maupun untuk siswa. Saya juga menjadi lebih sabar dan empatik dalam interaksi sehari-hari dengan siswa, serta lebih proaktif dalam menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan inklusif.

Hal Terpenting yang Telah Dipelajari:

Hal terpenting yang saya pelajari dari krisis tersebut adalah pentingnya komunikasi terbuka dan teknik mediasi dalam mengelola konflik. Saya menyadari bahwa mengidentifikasi dan menangani akar penyebab konflik lebih efektif daripada hanya menyelesaikan gejala permukaan. Selain itu, saya belajar bahwa menciptakan ruang aman di kelas, di mana siswa dapat menyampaikan perasaan dan pendapat mereka secara jujur, adalah kunci untuk membangun hubungan yang sehat dan mencegah konflik lebih lanjut.

Dampak Pengelolaan Krisis terhadap Diri Saya sebagai Pendidik:

Pengelolaan krisis ini berdampak signifikan pada cara saya menjalankan peran sebagai pendidik:

  1. Pendekatan Proaktif: Saya kini lebih proaktif dalam mengidentifikasi dan menangani potensi masalah sosial atau emosional di kelas sebelum berkembang menjadi konflik yang lebih besar. Ini membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan kondusif untuk belajar.
  2. Keterampilan Mediasi: Saya telah mengintegrasikan keterampilan mediasi ke dalam praktik saya, yang membantu saya lebih efektif dalam menyelesaikan perselisihan dan membimbing siswa dalam mengelola konflik mereka sendiri.
  3. Peningkatan Empati dan Dukungan: Saya menjadi lebih empatik dan mendukung terhadap kebutuhan emosional siswa. Ini tidak hanya meningkatkan hubungan saya dengan mereka, tetapi juga membantu mereka merasa lebih aman dan dihargai di kelas.
  4. Komitmen Terhadap Pengembangan Profesional: Pengalaman ini mendorong saya untuk terus mencari pelatihan dan sumber daya tambahan untuk memperdalam pemahaman dan keterampilan saya dalam pengelolaan sosial dan emosional, sehingga saya dapat terus berkembang sebagai pendidik yang lebih efektif.

Secara keseluruhan, pengalaman mengelola krisis ini memperkuat keyakinan saya bahwa keterampilan sosial dan emosional adalah komponen vital dalam pendidikan yang sukses dan bahwa investasi dalam pengembangan keterampilan ini membawa manfaat besar bagi siswa dan lingkungan belajar secara keseluruhan.

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulai Dari Diri: TABEL 1.1 RUBRIK CHECKLIST PERENCANAAN PEMBELAJARAN UNDERSTANDING BY DESIGN (UbD)

XII_Offering Services/Help

Application Letter (Surat Lamaran Pekerjaan)